Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Rabu, 19 Mei 2010

Jangan Bosan Berdoa

Rabu, 19 Mei 2010
0 komentar
Penahkah kita menyadari, bahwa sebagai manusia secara fitrah kita adalah makhluk yang lemah, serba kurang, serba terbatas? Karenanya, secara fitri pula kita membutuhkan sesuatu yang mampu memenuhi segala kekurangan kita itu.

Dan secara rasional, tempat kita memohon tentulah bukanlah pada makhluk yang memiliki sifat yang sama: lemah, kurang, serba terbatas. Karenanya betapa bodoh mereka yang memohon pada hewan, api, matahari, patung-patung, atau sesama manusia. Kita memohon pada Rabb yang tidak terbatas, yang maha segalanya. Dialah Allah SWT. Rabb sesungguhnya.

Betapa beruntungnya siapa saja yang menjadi muslim. Sebab, mereka telah menemukan Rabb yang sangat senang mendengarkan dan mengabulkan permintaan. Rabb kita bukanlah “dewa” yang tuli, yang budek atas permintaan penyembahnya atau penguasa jagad yang angkuh, yang gemar mengkadali permohonan para pengikutnya. Pun, bukan zat yang haus darah, yang puas atas kebodohan pemujanya, lantaran memberi tumbal untuk setiap keinginan. Bukan, Rabb kita bukanlah tuhan murahan seperti itu. Rabb yang diagungkan umat Islam adalah Rabb yang pemurah dan maha penyayang. Saking pemurahnya, hewan melata pun diberi-Nya rizki. “Tiada seekor hewan melata pun dimuka bumi, melainkan ditanggung Allah rizkinya.” (QS Hud:6)

Maka, apa yang menghalangi kita untuk mengungkapkan kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan kita pada-Nya? Mengapa kita sungkan menengadahkan tangan, meminta dan berdoa pada Allah SWT? Mintalah kepada Allah, karena Allah senang jika diminta.”

Berdoa adalah permintaan seorang hamba kepada rabb-Nya. Selama tidak menyalahi hukum dan aturan-Nya, apa saja bisa kita minta. Keselamatan, ilmu yang bermanfaat, harta yang barakah, ampunan dosa, atau karier. Lewat doa, kita curhat kepada Allah SWT, mengadukan keterbatasan dan kelemahan kita menghadapi hidup yang kian keras.

Jika begitu, berarti doa adalah tanda mereka yang putus asa? Boleh-boleh saja Karl Marx berkata demikian. Toh, ia sendiri tak bisa mungkir kalau hidup manusia penuh ketergantungan. Pada orang lain, alam semesta, dan tentu saja pada Rabb-nya. Dengan tidak berdoa, berarti kita mengelabui kelemahan diri. Berjalan mendongakkan kepala. Padahal kaki kita terseok-seok. Allah SWT murka pada orang demikian,”Siapa yang tidak berdoa kepada Allah, niscaya ia akan murka kepadanya.” (HR. At-tirmidzi)

Dengan berdoa, berarti kita mengakui kelemahan diri di hadapan ilahi, pemilik jagad semesta ini. Hanya manusia yang sadar bahwa ia makhluk yang lemah yang mau memohon bantuan penciptanya. Mereka akan mudah mengangkat tangan tinggi-tinggi kehadirat Allah, berdoa dengan wajah memelas dan harap-harap cemas. Air mata mereka mengalir membasahi pipi dan bercucuran ke bumi tanda pasrah pada keputusan Rabb mereka.

Namun, kenyataannya tak banyak manusia seperti itu. Kebanyakan manusia mengklaim bahwa kekuatannya tak terbatas, dan bahwa tak ada yang tak mungkin bagi dirinya. Lalu, seperti Qarun-Qarun baru, mereka dengan congkak berkata,”Aku memperoleh semua (harta benda) ini berkat ilmu pengetahuanku sendiri.” Bergelimang dalam kemewahan dunia telah membutakan mata hatinya. Hingga lupa pada Allah SWT.”Tidakkah ia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelum mereka yang lebih kuat dan lebih banyak mengumpulkan (harta)?” (QS. Al-qashash: 78). Dan Qarun pun berakhir dengan tragis, ditelan bumi, lantaran Allah SWT. murka padanya.

Maka, janganlah bosan berdoa. Selama apa yang kita minta dan tata cara memintanya tidak menyalahi aturan-Nya. Insya Allah akan terkabul. Jika belum, bersabarlah, mungkin belum saatnya. Dan, bila tidak sesuai dengan keinginan, kita pun tak usah khawatir. Percayalah, Dia pasti menyediakan alternatif lain yang terbaik buat kita. bukankah Allah SWT. maha tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya? Lagi pula, doa adalah ibadah. Karenanya, kita takkan merugi. Sekecil apapun permintaan kita pada Allah SWT, akan diganjar pahala. Jadi, jangan pernah bosan untuk berdoa. Wallahua’lam bi as-showab.
(Islamuda.com)

read more

Jumat, 14 Mei 2010

Hidup Ini

Jumat, 14 Mei 2010
0 komentar

Hidup di dunia ini hanya sekejap saja, jika dibandingkan dengan kehidupan abadi di akhirat nanti. Ibarat perjalanan kita sekedar singgah, sejenak istirahat..sedikit makan dan minum kemudian melanjutkan perjalanan lagi, yang lebih panjang. Akan tetapi biarpun sejenak, waktu istirahat ini sangat menentukan. Jika mendengkur terus, tertidur pulas, bergelimang istirahat, terlalu banyak makan dan minum, sibuk melulu maka kita akan ketinggalan kereta.

Kendaraan yang kita tumpangi hanya ada sekali, yaitu nyawa kita..jika yang sekali ini lewat, maka tidak akan ada kendaraan lain. Sebab masing-masing hanya dijatah satu kereta, Tidak ada kredit di bank nyawa..tidak ada donor nyawa..Bila kematian menjemput, tidak ada lagi tawar menawar. Biarpun konglomerat atau pejabat tidak ada yang kuasa.

Bagaimana sebaiknya kaum muslimin menyikapi hal ini? Allah kembali mengingatkan :
“Ketahuilah kehidupan ini laksana permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu, berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanamannya mengagumkan bagi petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan warnanya kuning dan hancur. Dan di akherat nanti ada azab dan ampunan serta keridhoan Allah.Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang menipu.” [Al-Hadid 20]

Dari Jabir bin Abdullah berkata ‘pernah aku bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba datang laki-laki berwajah cerah, berambut rapi, berpakaian serba putih,’ Laki tsb berkata: ‘Selamat bagimu wahai Rasulullah, apakah arti dunia ini?’ Rasulullah menjawab: ‘Seperti impian orang yang tidur. ‘Laki-laki tadi bertanya lagi: ‘Apakah surga itu?’ Rasulullah menjawab: ‘Sebagai ganti dunia bagi mereka yang mencarinya. ‘Kembali laki-laki tadi bertanya, ‘Siapa sebaik-baik manusia? ‘Rasulullah menjawab: ‘dia yang mau mentaati Allah.’ ‘Bagaimana sikap yang baik di dunia ini?’Rasulullah menjawab: ‘Berkemas-kemaslah seperti orang yang mengejar kafilah.’
Terakhir laki-laki itu bertanya: ‘Berapa jarak antara dunia dan akherat? ‘Rasulullah menjawab: ‘Sekejap mata.’
Kemudian pergilah laki-laki itu dan tidak kelihatan lagi. Rasulullah bersabda: “Itulah Jibril, yang datang untuk menjauhkanmu dari duniawi dan mencintai kehidupan ukhrawi.”


wahai saudaraku betapa banyak sekrang ini kecintaan* yang bergelimang kepada kenikamtan* duniwi,..
coba kita intropeksi kepada diri kita apakah amalan* yang sudah kita persiapakan untuk bekak akhir nanti ..

ingat wahai saudaraku dinia ini hanyalah hiyasan yang menipu..
jgn terlena dengan kenikmatan* itu,bekliLAh diri mu dengan ilmu agama.agar kalian tidak tersesat...

soo tebarkan salam & jadikanlah hari ini lebih baik dari hari kemarin.

read more

Manisnya Taubat

0 komentar
Bismillahirrahmanirrahim..

Seringkali hati bertanya, minda ligat berfikir, mengasak soalan bertalu-talu pada diri, mengapa manusia susah nak buat baik?

Mengapa segelintir manusia lebih suka memilih untuk buat jahat?

Kadang- kadang ingin saja ku temuramah mereka "terlibat dengan urusan sebegitu", ..

Kenapa jadi jahat? Tak takut Tuhan ke? Tak nak masuk syurga ke? Dah tak sayang keluarga?kenapa, mengapa, dan untuk apa...

Namun, hati ini masih sedar, mereka juga manusia, juga punya naluri, punya akal dan perasaan, juga punya nafsu, sama sepertiku..adalah tidak wajar untuk menghukum mereka seratus peratus.

Kadang-kadang soalan- soalanku dijawab secara tidak langsung oleh "mereka", terpapar di dada-dada akhbar, juga di majalah-majalah..

Jawab mereka,
"bukan kami tak nak jadi baik, kami nak..kami nak masuk syurga..tapi kami jahat..
alang-alang dah buat jahat, biar sampai masuk neraka"


"keluarga pun dah tak nak terima kami.masyarakat mula menyisihkan kami. kami hina di mata mereka.kami tak layak untuk berdiri satu barisan bersama pak imam, tak layak nak bersalaman dengan pak lebai"

"ayah dan mak dah tak nak tengok muka saya lagi. mereka malu atas perbuatan saya. kekasih saya lari meninggalkan saya dan anak yang saya kandungkan. mak tak nak mengaku saya ni anak dia. saya dah tak suci, saya dah tak ada apa-apa.."

Itu antara jawapan-jwapan daripada "mereka"..

Sebenarnya banyak lagi kisah-kisah sebegini yang dipaparkan untuk tatapan kita, untuk dijadikan teladan, bukannya ikutan..tapi, yang menghairankan aku, semakin banyak kisah sebegini didedahkan kepada masyarakat, maka masyarakat seharusnya sedar dan menjadikannya sebagai iktibar, memulakan langkah untuk mendidik anak-anak kecil yang masih bersih fitrahnya, memantapkan pendidikan bagi anak-anak yang sudah mulai dewasa, dengan pelbagai pengisian agama, agar tidak mengikut jejak langkah "mereka" itu.

Namun, apa yang berlaku adalah sebaliknya. Bermula dari kes yang kita anggap remeh-temeh sehinggalah kes yang membawa ke tali gantung, semuanya seakan dipandang ringan oleh masyarakat.

Malah mereka seakan berlumba-lumba, untuk mencari publisiti murahan, memenuhi dada-dada akhbar, gembira melihat wajahnya ditayangkan di kaca televisyen, tersenyum megah kerana dia dikenali ramai, namanya menjadi bualan di sana- sini, kerana terbait dengan kes RASUAH, BUNUH, ROGOL, dan tak kurang juga yang sibuk memenuhi lebuh raya, merempit sana sini tak tentu hala, kononnya hendak mati di JALAN YANG LURUS.

Belum termasuk lagi kes-kes HARUAN MAKAN ANAK, pelajar SEKOLAH AGAMA buang anak, tambah lagi dengan masalah politiknya, dan bermacam- macam jenis 'penyakit' lagi, yang kini sedang menular di kalangan masyarakat kita, yang kelajuan penularannya mengalahkan penularan virus H1N1.

Aduhai manusia, aduhai bangsaku..

Mengapa kalian memilih jalan sesempit ini. maka akan dijawab mereka,

"kerana ini sudah ditakdirkan Allah"

Aduhai, mengapa kalian sanggup menghukum diri sendiri, sedang Allah telah berfirman bahawa tidak akan berubah nasib sesuatu kaum itu kecuali dengan tangan mereka sendiri.

Mengapa masih memilih untuk menjadi jahat sedang jalan untuk menjadi baik itu adalah lebih senang daripada menjadi jahat!.

Mengapa berputus asa dari rahmat Allah, sedangkan ketika 1 pintu rahmat Allah telah tertutup untuk kita, maka akan dibukakan untuk kita 99 pintu yang lain.

Subhanallah, begitu sekali sayang Allah pada kita. Begitu sekali baiknya Allah pada kita, tapi mengapa kita jadikan Allah murka atas segala perbuatan kita? dan kita berkata,

"aku dah jadi jahat, mana mungkin Allah akan menerima aku sebagai hambaNya".

Masya Allah, pernahkah kalian mendengarkan kisah tentang seseorang yang kehilangan untanya di padang pasir? seseorang yang berkenderaan di tengah-tengah padang pasir, kemudian haiwan yang ditungganginya itu lari meninggalkannya, sedangkan di atas haiwan itu terdapat bekalan makanan dan minumannnya.

Dia berputus asa untuk menemui haiwan dan bekalannya. Lalu dia duduk berteduh di bawah sebatang pohon dan berbaring, kerana dia benar-benar berputus asa untuk menemui haiwan tunggangannya itu. Kemudian dia tertidur.Sejurus dia bangun dari tidurnya, dia mencari lagi untanya itu dengan berjalan kaki namun dia tidak menjumpainya. dia berjalan lagi, namun gagal menjumpainya. Dia mencarinya untuk kali ketiga, namun usahanya itu masih gagal.

Apabila dia kembali ke tempat tidurnya sebelum itu, tatkala dia duduk termenung, tanpa diduganya, tiba-tiba unta tunggangannya yang hilang itu muncul kembali, lengkap dengan bekalan yang dibawanya. Kemudian, dia segera memegang tali tambatannya. Bayangkan kalau kita berada di tengah padang pasir yang luas dan panas yang terik, hampir berputus asa untuk mencari unta yang hilang, tetapi tiba-tiba unta itu muncul kembali di hadapan kita. Mana mungkin kita tidak gembira, gembira yang bukan kepalang..namun sahabatku, sesungguhnya, Allah s.w.t itu lebih jauh lagi gembiranya dengan taubat seorang hamba berbanding dengan musafir yang menemui untanya di padang pasir itu tadi.

Wahai sahabatku sekalian, ayuh,
bersangka baiklah dengan Allah. Sebagaimana kita gembira bertemu dengan kekasih hati, malah Allah lebih gembira daripada itu.

Sebagaimana kita menyayangi kekasih hati sepenuh jiwa, namun sayangnya Allah lebih daripada itu, betapa luasnya nikmat pemberian Allah, tapi sayang hanya kita sahaja yang tidak tahu untuk menghargai pemberiannnya.

Banggalah menjadi hamba Allah, tanamkanlah rasa cinta pada Allah dalam diri kita, kerana cinta Allah pada hambaNya sangat tidak ternilai.

Demi cinta Allah pada hambaNya, Allah telah berfirman,

" dan Dialah Tuhan yang menerima taubat daripada hamba-hambaNya yang bertaubat, serta memaafkan kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan", surah an-nisa (4:16).

Sungguh, Allah telah membukakan pintu rahmatNya di siang hari untuk menerima taubat hamba-hambaNya di waktu siang, dan membukakan pintu rahmat pada malam hari hari, untuk menerima taubat hamba-hambaNya pada malam hari.

Tapi, melihat keadaan kita pada hari ini, yang masih lagi dengan ego dan sombong yang menebal pada diri..cita-cita tinggi dijulang, mengimpi syurga Allah, namun tanpa sedar, amalan- amalan yang kita lakukan itu semakin membuatkan kita jauh dari syurgaNya, jauh dari rahmatNya..

Amatlah rugi bagi mereka yang telah diberi peringatan, tapi masih bermegah-megah dengan diri sendri, tanpa sedar apa yang kita miliki ini semuanya adalah milik Allah. Alangkah sedihnya Allah, seakan tiada siapa lagi yang memerlukanNya, seakan tiada siapa yang mahukan taubatnya diterima, seakan tiada siapa yang mahu dosanya diampunkan, dan..seakan tiada siapa yang berlumba-lumba untuk meraih cintaNya Yang Maha Pengasih, lagi Pemurah itu..





read more